Ummu ‘Athiyyah Rodhiyallohu ‘Anha berkata, “Nabi Shollallohu Alaihi Wa
sallam pernah menemui kami sedangkan kami kala itu tengah
memandikan puterinya (Zainab), lalu Beliau bersabda: ‘Mandikanlah dia
tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian
memandang perlu, maka pergunakan air dan daun bidara. (Ummu ‘Athiyyah
berkata, ‘Dengan ganjil?’ Beliau bersabda, ‘Ya.’) dan buatlah di akhir
mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit darinya.”
(H.R. al Bukhori 3/99-104, Muslim 3/47-48, Abu Dawud 2/60-61, an Nasa-i
1/266-267, at Tirmidzi 2/130-131, Ibnu Majah 1/445, Ibnul Jarud 258-259,
Ahmad 5/84-85, 4076-4078, Syaikh al Albani – Hukum dan Tata Cara
Mengurus Jenazah hal 130-131).
2.Daun Bidara dan Wanita Haidh
‘Aisyah secara marfu’, “Salah seorang di antara kalian (wanita haidh)
mengambil air yang dicampur dengan daun bidara lalu dia bersuci dan
memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya
seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke
akar-akar rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air.
Kemudian dia mengambil secarik kain yang telah dibaluri dengan minyak
misk lalu dia berbersih darinya.” ‘Aisyah berkata, “Dia mengoleskannya
ke bekas-bekas darah.” (H.R. Muslim no. 332 dari ‘Aisyah)
3.Daun Bidara Dan Ruqyah
Ulama Wahab bin Munabih menyarankan untuk
menggunakan tujuh lembar bidara yang dihaluskan. Kemudian dilarutkan
dalam air dan dibacakan ayat Kursi, surat al Kafirun, al Ikhlash, al
Falaq dan an Naas. (Boleh juga dibacakan ayat-ayat al-Qur’an lainnya)
Lalu dipergunakan untuk mandi atau diminum. (lihat Mushannaf Ma’mar bin
Rasyid 11/13).
Menumbuk tujuh helai daun pohon Sidr (daaun bidara) hijau di antara
dua batu atau sejenisnya, lalu menyiramkan air ke atasnya sebanyak
jumlah air yang cukup untuk mandi dan dibacakan di dalamnya ayat-ayat al
Qur-an.
Setelah membacakan ayat-ayat tersebut pada air yang sudah
disiapkan tersebut, hendaklah dia meminumnya sebanyak tiga kali, dan
kemudian mandi dengan menggunakan sisa air tersebut. Dengan demikian,
insya Allah penyakit (sihir) akan hilang. Dan jika perlu, hal itu boleh
diulang dua kali atau lebih, sehingga penyakit (sihir) itu benar-benar
sirna. Hal itu sudah banyak dipraktekkan, dan dengan izin_Nya,Allah
memberikan manfaat padanya. Pengobatan tersebut juga sangat baik bagi
suami yang tidak bisa berhubungan badan karena terkena sihir.
4.Daun Bidara Untuk Makanan atau Minuman
Buah bidara dari kultivar unggul dapat dimakan dalam keadaan segar,
atau diperas menjadi minuman penyegar, juga dikeringawetkan, atau dibuat
manisan. Di Asia Tenggara, buah yang belum matang dimakan bergaram.
Pernah dilaporkan bahwa buah bidara juga direbus dan menghasilkan sirop.
Di Indonesia, daun mudanya diolah sebagai sayuran; daun-daunnya dapat
pula dijadikan pakan. Di India, pohon bidara merupakan salah satu dari
beberapa jenis tanaman yang digunakan untuk pemeliharaan serangga lak;
ranting-ranting yang terbungkus oleh sekresi serangga itu dipungut untuk
diproses menjadi sirlak. Kulit kayu dan buahnya menghasilkan bahan
pewarna. Kayunya berwarna kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan
lama, dan digunakan sebagai kayu bubut, alat rumah tangga, dan alat-alat
lain. Buah, biji, daun, kulit kayu, dan akarnya berkhasiat obat,
terutama untuk membantu pencernaan dan sebagai tapal untuk luka. Di
Jawa, misalnya, kulit kayunya digunakan untuk menyembuhkan gangguan
pencernaan, sedangkan di Malaysia bubur kulit kayunya dapat dimanfaatkan
untuk obat sakit perut.
5.Daun Bidara atau daun bidara cina
Bidara acap dipertukarkan identitasnya dengan bidara cina (Ziziphus zizyphus; sinonim Z. jujuba Miller, Z. vulgaris
Lamk.).Sebutan yang sekarang ini sering kita dengar dengan panggilan
Daun Bidara cina adalah karena Bidara yang terakhir ini dibudidayakan di
Cina bagian utara.Dan di Indonesia orang menyebut daun bidara dengan
sebutan bidara cina karena juga dalam sebuah sumber ada suatu
daerah yang disitu banyak tinggal orang keturunan cina dan menanam daun
bidara.Daerah tersebut pun kini dinamakan daerah Bidaracina.
SABUN BIDARA+ adalah Sabun herbal alami tanpa pengawet, tanpa pewarna maupun tanpa pewangi sintetik sehingga aman untuk dipakai semua umur dari bayi sampai dewasa. Dengan bahan aktiv DAUN SIDR yg kaya manfaat atasi gangguan kulit terutama karena gangguan sihir/jin, jerawat, gatal-gatal, bintik-bintik karena alergi, kutu air, gigitan serangga dsb. Plus ekstra madu, minyak habbatussauda, susu, VCO, zaitun, tin, zam-zam, grapeseed oil, ricebran oil, sunflower oil, minyak sere, daun kelor dan minyak sawit jadi semakin lembut dan menutrisi kulit. Smua berbahan alami dan InsyaAllah sudah melalui proses ruqyah.
SABUN BIDARA+ adalah Sabun herbal alami tanpa pengawet, tanpa pewarna maupun tanpa pewangi sintetik sehingga aman untuk dipakai semua umur dari bayi sampai dewasa. Dengan bahan aktiv DAUN SIDR yg kaya manfaat atasi gangguan kulit terutama karena gangguan sihir/jin, jerawat, gatal-gatal, bintik-bintik karena alergi, kutu air, gigitan serangga dsb. Plus ekstra madu, minyak habbatussauda, susu, VCO, zaitun, tin, zam-zam, grapeseed oil, ricebran oil, sunflower oil, minyak sere, daun kelor dan minyak sawit jadi semakin lembut dan menutrisi kulit. Smua berbahan alami dan InsyaAllah sudah melalui proses ruqyah.